Untuk semua teman-teman yang suka menulis dan membaca, catatan singkat ini Zara tulis. Mohon maaf sebelumnya karena aku tidak bisa memberikan endorsement atau pengajaran menulis secara pribadi pada semua. Bahkan kadang mau nengokin note-note tulisan teman-teman di FB / Blog aja kurang waktunya.
Jangan pernah berhenti membaca, karena buku itu jendela dunia. Ilmu yang bisa kita simpan dan bawa kemana mana. Ilmu yang relatif lebih murah tinimbang biaya sekolah/kuliah . Ilmu yang bisa dibaca kapan kita memerlukannya, tidak seperti keharusan mengikuti jam-jam kuliah. Ilmu yang tekadang praktis to the point sesuai kebutuhan kita.
Jangan pernah berhenti menulis hanya karena putus asa. Atau karena keinginan menerbitkan buku hanya tinggal keinginan melulu (kapan terlaksananya? :):) Tulisan adalah saksi sejarah. Sekecil-kecilnya minimal sejarah hati sang penulis sendiri. Seperti sebuah diary (yang aku sendiri masih nulis berlembar-lembar setiap hari..:) yang bisa kita baca-baca ulang. Yang bisa jadi pembelajaran diri sendiri...nda selalu harus dinikmati banyak orang.
Tanpa buku dan penulis maka tidak adalah sejarah. Tidak juga agama-agama bisa disebar luaskan..ajaran-ajaran penting lainnya... semua tersebar , menjadi besar dan diingat karena ada budaya tulis menulis. Tulisan adalah saksi jaman. Yang hari ini tidak berarti apa-apa belum tentu tak berguna dikemudian hari.
Penyanyi, politikus, artis dan profesi-profesi lain yang di luar sastra, pada akhirnya membutuhkan sastra untuk mencatat sejarahnya. Mencatat kebesaran dan perjuangannya. Semua memerlukan catatan - tulisan - untuk melestarikan kehidupannya. Jadi jangan pernah berhenti membaca karena dengan membaca terpanggil kita untuk menulis - terbiasa kita dengan jalinan kata yang akan mendatangkan kerinduan untuk terus menulis. Rindu berbuah cinta dan kalau sudah cinta , yang namanya frustrasi, kecewa, putus asa tidak lagi akan terasa.
Yakin, menulis dan tulisan tak akan pernah sia-sia...
Jangan pernah berhenti membaca, karena buku itu jendela dunia. Ilmu yang bisa kita simpan dan bawa kemana mana. Ilmu yang relatif lebih murah tinimbang biaya sekolah/kuliah . Ilmu yang bisa dibaca kapan kita memerlukannya, tidak seperti keharusan mengikuti jam-jam kuliah. Ilmu yang tekadang praktis to the point sesuai kebutuhan kita.
Jangan pernah berhenti menulis hanya karena putus asa. Atau karena keinginan menerbitkan buku hanya tinggal keinginan melulu (kapan terlaksananya? :):) Tulisan adalah saksi sejarah. Sekecil-kecilnya minimal sejarah hati sang penulis sendiri. Seperti sebuah diary (yang aku sendiri masih nulis berlembar-lembar setiap hari..:) yang bisa kita baca-baca ulang. Yang bisa jadi pembelajaran diri sendiri...nda selalu harus dinikmati banyak orang.
Tanpa buku dan penulis maka tidak adalah sejarah. Tidak juga agama-agama bisa disebar luaskan..ajaran-ajaran penting lainnya... semua tersebar , menjadi besar dan diingat karena ada budaya tulis menulis. Tulisan adalah saksi jaman. Yang hari ini tidak berarti apa-apa belum tentu tak berguna dikemudian hari.
Penyanyi, politikus, artis dan profesi-profesi lain yang di luar sastra, pada akhirnya membutuhkan sastra untuk mencatat sejarahnya. Mencatat kebesaran dan perjuangannya. Semua memerlukan catatan - tulisan - untuk melestarikan kehidupannya. Jadi jangan pernah berhenti membaca karena dengan membaca terpanggil kita untuk menulis - terbiasa kita dengan jalinan kata yang akan mendatangkan kerinduan untuk terus menulis. Rindu berbuah cinta dan kalau sudah cinta , yang namanya frustrasi, kecewa, putus asa tidak lagi akan terasa.
Yakin, menulis dan tulisan tak akan pernah sia-sia...
ikutan comment ah hehehe...
BalasHapusbukan iseng tapi memang tergugah loh... ^_^
'Jangan pernah berhenti menulis hanya karena putus asa' sangat memotivasi sekali mbak.
Menulis memang bermanfaat juga sebagai satu catatan pengingat
agar kita dapat terus memperbaiki diri dan bijaksana.
Tatkala aku membaca tulisan-tulisan lama pun masih terus terasa
nilai-nilai baru yang muncul dan tidak lekang oleh waktu makna dari setiap kalimat yang ada.
Menulis dan membaca memang sebaiknya harus seiring. Banyak membaca membuat setiap tulisan
yang bahkan fiksi atau fantasi sekalipun berbobot dan tidak sembarangan. Menulis tanpa
banyak membaca akan menghasilkan tulisan yang subjektif dan terkadang jadi egois.
Membaca tanpa menulis juga akan membuat pemahaman yang semakin sempit karena jika dengan menuliskan
apa yang kita baca (entah dengan hanya metode diary, catatan pendek atau bahkan berupa chat/comment)
maka kita akan semakin mengerti apa yang kita pelajari setelah memilah menguraikan kepada
orang lain bahkan membagi ilmu kepada sesama.
Menulis bagai berjuang dengan pena (sekarang keyboard ya hehehe..) sehingga waktu Mbak Zara
mengingatkan agar kita tidak putus asa dan terus menulis bagaikan saling menguatkan dan
memotivasi kepada sesamanya dari segala aspek seperti layaknya pejuang yang saling menguatkan
dan membantu dalam upaya mempertahankan dan membela nilai kemanusiaan dan sejarah bangsa :)
Thanks for the simple but encouraging note for us Mbak :)