Chat with Zara

Semua tulisan di blog ini adalah milik Zara Zettira ZR, dilarang menggandakan tanpa seizin penulis. Untuk isi iklan dan widget yang digunakan dalam blog bukan merupakan tanggung jawab penulis.
Ketik nama di kolom join chat, kalau jodoh ya bisa ketemu dengan Mbak Zara. Kalau belum ketemu tidak apa-apa, tunggu jadwal chat online bareng nanti ya.

Minggu, 26 Juli 2009

Keinginan Versus Tujuan

Dalam note-note saya, sering saya menyarankan agar kita (manusia) berusaha mengendalikan "keinginan" kita. Karena pada kenyataannya, sebagian besar problem , kecil ataupun besar, materi maupun emosional, yang kita alami itu lahir dari keinginan. Bahkan kadang keinginan yang tersembunyi , yang kita tidak 'sadari' sebagai manifestasi dari rasa "ingin".

Contoh sederhananya saya alami sendiri sewaktu papa saya meninggal. Saya menangis siang malam bahkan saking sedihnya saya lompat dalam liang galian kubur Papa. Begitu tragis rasa sedih yang saya alami dan begitu besar rasa takut kehilangan Papa dalam diri saya. Tapi setelah momen itu berlalu pelan-pelan dalam hening saya sadari bahwa semua itu bukan rasa sedih atau takut kehilangan melainkan lahir dari sebuah rasa "ingin". Keinginan sayalah yang membuat saya merasa takut dan tidak rela ditinggalkan( sendirian di dunia ini). Keinginan saya adalah : Saya inginnya papa tetap hidup menemani saya. Atau bisa juga saya ingin tetap berdampingan dengan Papa (hiks...)

Tapi sekarang banyak yang menanyakan pada saya (banyak artinya sudah ratusan jumlahnya :) Kalau keinginan itu seringnya menyesatkan, lantas bagaimana kita hidup? Bukankah hidup harus punya keinginan/cita-cita? Pertanyaan ini membuat saya berpikir lagi. Again, dalam hening tentunya. Mana bisa mikir dalam cheos ya? :):)

Agaknya ada kesalah mengertian antara Keinginan dan tujuan. Bukan bahasanya yang salah tapi penggunaannya oleh masing-masing individu. Keinginan versi saya adalah sesuatu yang bersumber dari "rasa" dan sifatnya masih anda-andai. Saya pribadi membedakannya dengan "tujuan". Jadi yang membuat hidup punya arti adalah : Tujuan. Dan yang seringkali memberatkan hidup adalah "keinginan" (menjadi kendala)

Tujuan (sekali lagi, ini versi saya) sifatnya konkrit. Sudah ADA di depan mata. Misalnya bertujuan pergi ke Bandung dari Jakarta. Tujuan membuat kita melakukan aksi/perbuatan untuk mendapatkan atau setidaknya mengarah mendekati. Dengan kata lain tujuan itu LAHIR karena kita sudah TAHU dimana kita berada. Kalau kita belum tahu di mana kita berada ( di JakartaBogor sih sebenernya posisi kita?) itu artinya kita masih NYASAR. Jadi belum bisa membuat tujuan karena belum tahu posisi kita. Tujuan baru bisa muncul kalau kita sudah MENGENAL DIRI kita/posisi kita. Dengan kata lain tujuan ada karena ada alasan kuat.

Keinginan lebih merupakan rasa jadi belum atau bisa jadi sama sekali tidak konkrit. Tidak ada "asal' atau cikal bakalnya. Misalnya saya ingin kawin di usia 25 tahun :):) Saya ingin punya dua anak . Jika pemikiran-pemikiran ini MUNCUL disaat kita masih single...pemikiran itu adalah KEINGINAN. Karena kita artinya belum tau posisi diri kita. Wong masih single kok sudah mau kawin dan punya anak? :):) sementara kalau pemikiran itu muncul di saat kita minimal sudah punya kekasih serius/tunangan pemikiran itu menjadi Tujuan (tujuan bersama dengan sang kekasih tentunya, nda bisa tujuan priobadi karena anak dan pernikahan butuh kesepakatan 2 pihak..:):)

Keinginan juga biasanya overlap terlalu jauuuhhhh prediksinya. Seperti anak-anak balita yang lugu yang ketika ditanya mau jadi apa kalau sudah besar nanti (ini yang nanya juga kebangetan ya hi..hi.. baca aja belum lancar sudah ditanya soal karir LOL intermezo friends...) mereka akan menjawab : kalau besar nanti ingin jadi dokter. Bagi anak kecil ini sah saja..namanya anak kecil. Sedangkan kita yang sudah dewasa, sudah dibekali pengalaman hidup dan kemampuan mencari informasi, tentu tidak bisa lagi senaif itu. Tujuan membutuhkan dasar realita.

Kembali pada pertanyaan teman-teman yang aujubilah banyaknya itu... umumnya berhubungan dengan jodoh dan kepenulisan :) Jadi saya kembalikan pertanyaannya pada diri kalian semua sendiri. pepatah bilang jangan berikan ikan melainkan berikan 'kail' nya :)

Apakah rasa (keinginan/harapan) itu membuat kita frustrasi dan sedih dan bahkan putus asa? Kalau iya, artinya itu keinginan. Dan artinya keinginan itu masih terlalu jauh. Harus dibuat visible. Mundur beberapa langkah. Step by step one at the time. Keinginannya dipecah-pecah dulu menjadi beberapa tujuan dan satu per satu tujuan itu di raih seperti menaiki anak tangga. Naik liftpun kadang harus berhenti di beberapa lantai kan? Kuncinya sabar. (jangan bosen denger kata sabar). Sabar dan pasrah bukan berarti malas dan tidak berusaha. Sabar dan pasrah itu kunci supaya kita tidak frusrasi dan putus asa saat berusaha.

TUJUAn sebaliknya akan membuat kita semangat, bermotivasi seolah-olah kita bekerja tanpa pamrih. giat. Kalau kita lihat para motivator begitu menggebu-gebu semangat di acara-acara seminar. Menerbitkan begitu banyak buku dallam waktu singkat. Luar biasa! Darimana datangnya kekuatan dan energi iyu? Sedangkan kita mau nyelesaikan 10 halaman aja empot empotan :):)

Disitulah bedanya. Mereka yang seperti punya tenaga kuda memiliki TUJUAN. Tujuan melahirkan tekad kuat karena sudah tau kemana arahnya dan sudah tahu asalnya, ada landasannya. Ada alasannya kenapa mereka mengarah ke tujuan itu, atau ibaratnya sudah MANTAP. Hakul yakin. Jadi tidak ada lagi rasa cape di tengah jalan apalagi bimbang "Duh sebenernya saya bisa nda sih?" atau "Duh saya udah ketuaan kali ya?"

Jadi semua ada di dalam hati kita sendiri sendiri. Apakah cita-cita kita itu merupakan tujuan atau keinginan? Apakah kita sering merasa frustrasi , lelah, pesimis di tengah jalan? Kalau iya, artinya keinginan itu terlalu jauh. Beyond your position right now. Atau kurang realitis. bermimpi itu boleh. Gantungkan cita-citamu setinggi langit kata pepatah. TAPI... dalam meraihnya perlu strategi. seperti mau naik ke lantai 20, harus lewat tangga. Bisa juga pake helikopter tapi itupun harus usaha ke landasan helikopternya dulu dan ngecek dulu apa di lantai 20 ada helipad-nya :) intinya semua mau cepat mau lambat TETAP harus ada usaha. Sebelum aksi harus ada analisa agar aksi (yg meliputi waktu dan tenaga) tidak terbuang sia-sia.

Buat breakdown dari keinginan kita. Dan kalau bisa temukan kendala-kendala atau rasa yang menyertainya. Lalu di break down itu keinginan menjadi beberapa tujuan. Misalnya : Mau kawin dengan yang seiman (kok susah bener ya? dapetnya yg beda iman terus hiks hiks..) Kalau di-break down mungkin kira kira begini jadinya:
1. Ikuti kegiatan yang berkaitan dengan iman (agama) kita.
2. Pilih kegiatan yang isinya orang-orang seusia kita ( kalo kita cari jodoh jangan ikut arisan ibu-ibu gitu lho. Maksudnya kecuali kalo ngincer anak salah satu ibu peserta arisan ya boleh juga hi..hi..)
3. Konsisten dan YAKIN dengan tujuan kita itu (ini tujuan karena sudah ada strategi konkrit)
Sisanya hanya sabar. Dan ini baru TUJUAN jangka pendek untuk menemukan "pilihan' yg seiman dengan memasuki ruang lingkup pergaulan orang-orang seiman.

Dari sini nanti dibuat TUJUAN BERIKUT. misalnya sudah ketemu si A yg kira-kira oke, seiman dll dsbnya bikin hati deg degan. Dan seterusnya dan seterusnya step by step. Buatlah tujuan yang serealistis mungkin karena kalau terlalu tinggi/jauh/besar yg ada malah rasa kecewa karena memang sulit meraihnya.

Jadi intinya KEINGINAN adalah CITA CITA yang sah sah saja digantung setinggi langit. Sedangkan untuk meraihnya harus ada TUJUAN. Tujuan-tujuan ini sifatnya lebih jangka pendek. Satu satu, step by step. Untuk mendampingi perjalanan kita meraih tujuan menuju cita-cita ditemani sabar ikhlas dan tawakal. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Untuk komentar yang menggunakan id Anonymous harap cantumkan nama.

Custom Search

ShareThis