Sekelumit kisah bagian 4
“Enya..” sapa Edo penuh rasa kangen. Enya menoleh dan tersenyum.
“Papa mana ma?”
“Masih diperjalanan. Papa janji langsung kemari sepulang dari kantor sayang” sahutku.
“Masih sakit kakinya?” tanya Edo lugu.
Enya mengangguk.
“Polisi udah tau siapa yang nembak Enya , ma?” tanya Enya penuh harap.
Aku menggeleng.
“Sekarang belum. Tapi mama yakin, yang salah pasti akan tertangkap dan harus menebus kesalahannya” aku meyakinkan Enya. Entah darimana munculnya kata-kata bijak itu ke dalam benakku. “Ini mama bawain baju tidur kamu”
Enya menatap pakaian untuknya yang kukabawakan dengan traveling bag.
“Enya boleh pinjam baju tidur mama ngga?” pintanya.
“Baju tidur mama?”
Enya mengangguk.
“Supaya Enya tidurnya nyenyak di rumah sakit. Enya mau bobo pake baju mama supaya kalo kangen bisa langsung nyium bau mama dari baju tidur mama…”
===================
Sang detektif wanita yang menangani kasus Enya berdiri di ambang pintu.
“Selamat malam” ia menyapa kami dengan tatapan ramahnya. Lalu ia melangkah memperkenalkan dirinya pada Enya. “Hai Enya, saya Nancy. Bagaimana keadaan kamu?”
“Nancy ini detektif yang menangani kasus kamu, Enya. Dia yang akan menemukan orang yang menembak kamu” aku menjelaskan.
“Hai” Enya membalas sapaan detektif itu dengan senyum.
“Boleh pinjam mamamu sebentar? Saya perlu bicara dengan Anda nyonya Evan,” ujarnya tegas tapi ramah.
Aku mengangguk dan mengikuti Nancy keluar ruangan.
Di koridor kami berbicara. Wajah Nancy nampak serius tapi tenang. Ia mengeluarkan sebuah foto dari amplop kuning di tangannya. Foto seorang wanita berambut pirang.
“Anda kenal orang ini?” tanyanya.
Baca lanjutannya di sini
4 MUSIM, 86 PURNAMA, 1 CINTA (Bagian 5)
Posted using ShareThis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Untuk komentar yang menggunakan id Anonymous harap cantumkan nama.