Waktu baru menunjukkan pukul setengah enam pagi, namun matahari di musim panas sudah tak sabar ingin mengintip keluar dari peraduannya. Membangunkan setiap insan di belahan utara benua Amerika ini untuk segera memulai hari barunya. Termasuk aku, Putu Ira Sulastri. Perempuan Indonesia kelahiran Singaraja dari pulau dewata, yang nyasar ke negeri empat musim ini dengan embel embel klise: ikut suami.
Musim panas bukan masalah buat diriku, yang terbiasa bercanda dengan matahari pantai nan terik. Tapi musim-musim lainnya sering terasa terlalu dingin dan brutal untuk tubuh ukuran wanita asia yang minim lemak ini. Tulang kecil, begitu kata almarhum nenekku Ni Ketut. Gampang masuk angin, rentan pada suhu dingin. Musim semi, musim gugur dan terutama musim salju yang kulewati selama lebih dari 86 purnama di Kanada, terasa telah mengikis hampir habis persediaan energiku.
klik link di bawah untuk melanjutkan kisahnya.
Posted using ShareThis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Untuk komentar yang menggunakan id Anonymous harap cantumkan nama.